PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ada beberapa alasan mengapa pentingnya
mikroorganisme dalam bahan makanan ialah :
- Adanya
mikroorganisme, terutama jumlah dan macamnya, dapat menentukan taraf mutu
bahan makanan.
- Mereka
dapat mengakibatkan kerusakan pangan.
- Beberapa
diantaranya digunakan untuk membuat produk-produk pangan khusus.
- Miroorganisme
digunakan sebagai bahan makanan atau makanan tambahan bagi manusia dan
hewan.
- Beberapa
penyakit dapat berasal dari makanan.
Mikroorganisme ini juga sebagai indikator
mutu, kandungan mikroorganisme suatu spesimen pangan dapat memberikan
keterangan yang mencerminkan mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada
pengolahan pangan tersebut, serta keefektifan metode pengawetannya.
Kebanyakan bahan makanan merupakan
media yang baik bagi pertumbuhan banyak macam mikroorganisme. Pada keadaaan
fisik yang menguntungkan, terutama pada kisaran suhu 70 sampai 600
C, organisme akan tumbuh dan menyebabkan terjadinya peubahan dalam hal
penampilan, rasa, bau, serta sifat-sifat lain pada bahan makanan.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Apa saja bakteri pada makanan?
2) Bagaimana pengendalian mikroorganisme dalam
bahan makanan?
3) Bagaimana pemeriksaan bahan makanan secara bakteriologis?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah
sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui bakteri pada makanan.
2) Untuk mengetahui pengendalian
mikroorganisme dalam bahan makanan.
3) Untuk mengetahui pemeriksaan bahan
makanan secara bakteriologis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bakteri Pada Makanan
Semua makhluk hidup membutuhkan
makanan, sebagai sumber tenaga kita dari mulai nasi, buah-buahan, sayuran,
daging, lauk-pauk, dan sebagainya. Makanan sangat disukai manusia, yang pada
umumnya juga disukai mikroorganisme.
Dengan demikian mikroorganisme
merupakan saingan bagi manusia. Pasti ada virus, jamur, maupun bakteri pada
makanan mentah dan makanan yang sudah dimasak. Untuk makanan mentah sudah
sewajarnya manusia akan mengolah makanan itu agar dapat dimakan dan tidak
menimbulkan sakit bagi manusia sendiri. Dan banyak cara yang dilakukan manusia
untuk mengolah makanan tersebut.
Bila makanan telah dihinggapi
mikroorganisme akan mengalami penguraian nilai gizi makanan berkurang serta
kelezatannya, bahkan makanan yang telah dalam keadaan terurai dapat menyebabkan
sakit sampai mati bila ada orang yang memakan makanan itu.
Mikroorganisme yang sering ditemukan
dalam makanan kita beragam spesiesnya, mikroorganisme ini tidak hanya hinggap
pada makanan mentah atau yang sudah dimasak dalam makanan kaleng kita dapat
menemui mikroorganisme yang merugikan bagi tubuh kita, berikut mikroorganisme
sebagai peracunan makanan kita :
a. Staphylococcus
Pada
dasarnya bakteri Staphylococcus merupakan flora normal pada manusia,
tetapi dapat pathogen bila dalam jumlah banyak dan lokasi asing. Selain itu
bakteri ini dapat meracuni manusia melalui makanan contohnya selada kentang.
Selada kentang yang terkontaminasi bakteri Staphylococcus yang melepaskan
toksin ke selada kentang yang telah terpapar sinar matahari selama 3-4 jam
sebelum kita makan, toksin ini akan menimbulkan reaksi hebat yang terjadi di
dalam saluran pencernaan. Dan sifat dari toksin yang dikeluarkan Staphylococcus
sangat stabil terhadap panas, jadi sulit untuk dihancurkan walaupun selada
kentang sudah dimasak. Toksin ini akan bereaksi 2 sampai 4 jam kita memakan
selada kentang. Satu contoh lagi Staphylococcus
aureus,
dari semua jenis makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan, baik dalam
bentuk ataupun hasil olahannya. Juga banyak ditemukan pada berbagai jenis
sayuran
b.
Bacillus
cereus
Bacillus cereus ini terdapat
pada bahan makanan terutama berbagai jenis biji-bijian (padi, gandum, jagung,
kacang dll), daging, ramuan bumbu dan makanan yang dikeringkan. Bacillus
cereus ini memiliki dua toksin yang menyebabkan keracunan, yang kedua
toksin tersebut stabil terhadap panas. Bacillus cereus memliki spora
yang tidak mati selama dimasak dan spora ini dapat tumbuh bila bahan makanan
tidak diawetkan.
c.
Colstridium
botulinum
Ada di semua bahan makanan dari daging
dan ikan, terutama yang sudah diawetkan melalui pengalengan dan kemasan
tertutup rapat. Memiliki toksin yang sangat fatal bila
tertelan, toksin itu terbentuk sebelumnya, yang dihasilkan oleh bakteri ini
sewaktu dalam makanan. Clostridium botulinum pada sporanya memiliki
sifat tahan terhadap panas. Bila manusia terinfeksi bakteri ini melalui
makanan, maka masa inkubasi setelah terinfeksi sekitar 18-36 jam dan
menimbulkan mual dan muntah-muntah, kesulitan menelan, penglihatan yang kabur,
kelumpuhan beberapa otot serta kematian.
d.
Vibrio Parahaemolyticus
Terdapat pada bahan makanan hasil laut
dan olahannya terutama kepiting, udang ikan, kerang rajungan dan sebagainya.
e.
Esherichia Coli
Terdapat di hampir semua jenis bahan
makanan baik yang berasal dari tanaman (sayur, buah maupun hasil pertanian
lain) ayau pun hewan (daging, susu dll).
f.
Camphylobacter
Banyak
ditemukan pada susu mentah, daging ayam dan unggas lainnya.
Selain ada mikroorganisme yang
peracunan makanan, ada juga mikroorganisme yang mengkontaminasi makanan
diantaranya adalah :
A)
Salmonella
Bisa menginfeksi manusia biasanya bakteri Salmonella
mengkontaminasi makanan atau melalui tangan sebagai perantara dalam pemindahan Salmonella
dari sumber infeksi. Bila seseorang memakan makanan yang terkontaminasi Salmonella
akan timbul gejala sakit kepala, sakit perut mual dan diare setelah masa
inkubasi 10-28 jam setelah tertelan.
B)
Clostridium Perfringens
Banyak terdapat pada daging mentah,
ikan mentah, sayuran, ramuan bumbu serta makanan yang sudah diolah. Bakteri ini hanya
sedikit mengeluarkan toksin sehingga gejala-gejala keracunannya tidak
sepenuhnya diketehui. Makanan yang terkontaminasi bakteri tertelan sampai di
usus akan membentuk spora dan hanya pada waktu pembentukan endospora dalam usus
itu toksin peracunan makanan diproduksi. Lagi-lagi sifat dari endospora ini
tahan terhadap panas, cara memasak biasanya pun sulit memusnahkan bakteri
tersebut.
Masih
ada satu lagi mikroorganisme yang dapat menimbulkan keracunan makanan yaitu
Pseudomonas cocovenenans. Bakteri ini banyak ditemukan dalam tempe yang lebih
dikenal dengan tempe bongkrek. Semua pembuatan tempe menggunakan jamur seperti
jamur Phycomycetes, terutama spesies tertentu dari genus Rhizopus atau genus
Mucor. Tetapi untuk tempe bongrek ini selain ditambahkan jamur juga ditambahkan
ampas kelapa. Bila pembuatan tempe ini tidak sempurna maka akan keluar racun
yang didapat dalam bongkrek yang disebut asam bongkrek, yang dihasilkan bakteri
Pseudomonas cocovenenans. Kejadian keracunan asam bongkrek ini banyak ditemukan
di provinsi Jawa Tengah.
2.2 Pengendalian mikroorganisme dalam bahan
makanan
Sebagian besar bahan makanan akan
segera dirombak atau dirusak oleh mikroorganisme bila didiamkan pada suhu
kamar, kecuali bila diawetkan. Metode-metode modern pengawetan bahan makanan
menggunakan proses-proses primitif yang sudah amat diperbaiki, seperti
pengasinan, pengeringan dan pengasapan, disamping itu juga teknik-teknik yang
lebih baru. Metode-metode pengawetan bahan makanan dapat dirangkumkan
sebagai berikut :
1. Penangan aseptis,
contohnya selalu menjaga agar mikroorganisme perusak tidak mencemari bahan
makanan untuk mengurangi kerusakan makanan, memudahkan pengawetan dan
memperkecil kemungkinan adanya bakteri patogen.
2. Penyingkiran
mikroorganisme, cairan yang dipaksa lewat dengan tekanan positif atau negatif
melalu saringan “tipe bakteri” yang steril dapat digunakan untuk menjernihkan
zat alir serta menyingkirkan mikroorganisme. Ini adalah metode yang digunakan
terhadap bir, makanan lunak, sari buah, anggur dan air.
3. Suhu tinggi,
metode paling aman dan paling dapat diandalkan, biasanya untuk memusnahkan
mikroorganime yang ada pada produk makanan kaleng, botol, atau tipe-tipe wadah
lain yang membatasi masuknya mikroorganisme seteleh pengolahan. Contoh dengan
suhu tinggi seperti : pendidihan, uap bertekanan, dan pasteurisasi. Organisme
terpenting yang harus dimushankan dari makanan kaleng adalah Clostridium
botulinum dengan cara uap bertekanan paling efektif untuk mematikan
semua sel vegetatif dan spora.
4.
Suhu
rendah, suhu 00 atau lebih rendah dapat menghambat pertumbuhan dan
kegiatan metabolik mikroorganisme untuk jangka waktu lama. Metode pembekuan
yang paling memuaskan dengan menggunakan suhu minus 320 C atau lebih
rendah lagi. Karena kristel es yang terbentuk berukuraan lebih kecil dan
struktur sel dalam bahan makanan tidak rusak. Pertumbuhan bakteri penyebab
peracunan makanan (Clostridium botulinum, Staphylococcus aureus dan
Salmonella) dapat dicegah pada suhu 5,50C atau lebih rendah.
5.
Dehidrasi,
dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme tetapi tidak
selalu terbunuh. Pertumbuhan semua organisme dapat dicegah dengan cara
mengurangi kelembapan lingkungannya sampai di bawah titik kritis.
6.
Meningkatkan
tekanan osmotik, air akan menarik keluar dari sel mikroorganisme bila sel
tersebut dimasukkan ke dalam yang mengandung sejumlah besar substansi
terlarut seperti gula pekat atau larutan garam. Maka, sel tersebut akan
mengalami dehidrasi, metabolisme terhenti, dan dengan demikian memperlambat
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Dengn tekanan osmotik yang tinggi
dapat menghambat pertumbuhan, tetapi tidak dapat diandalkan untuk membunuhnya.
7.
Bahan
kimia, bahan makanan ditambahkan seperti asam benzoat, sorbat, asetat, laktat
dan propionat, yang ke semuanya merupakan asam organik. Asam sorbat dan
propionat yang digunakan untuk mengambat pertumbuhan kapang pada roti. Nitrat
dan nitrit, yang dipergunakan untuk mengawetkan daging untuk menghambat
pertumbuhan beberapa bakteri anaerobik, terutama Clostidium botulinum
(tetapi tidak dianjurkan karena nirit bersifat karsinogenik). Bahan
makana yang dibuat melalui proses fermentasi, seperti sayur asin, acar,
dan makanan ternak yang difermentasi, menjadi awet terutama karena
dihasilkannya asam asetat, laktat dan propionat selama berlangsungnya proses
fermentasi oleh mikroba.
8.
Radiasi,
dapat menggunakan sinar ultaviolet dan sinar gamma. Sinar ultaviolet digunakan
untuk mengurangi atau menonaktifkan mikroorganisme, terutama kapang, yang
terdapat dalam udara ruang penyimpanan serta ruang pengemasan perusahaan roti,
kue dan daging.
2.3 Pemeriksaan bahan makanan secara bakteriologis
Pemeriksaan mikrobiologis untuk
pemeriksaan bahan makanan memanfaatkan teknik-teknik mikroskopis dan
metode-metode pembiakan. Bermacam-macam media selektif dan diferentsial
diguakan secara ekstensif untuk memudahkan isolasi dan penghitungan tipe-tipe
mikroorganisme tertentu. Macam pemeriksaan yang dilakukan ditentukan oleh tipe
produk pangan yang akan diperiksa dan tujuan pemeriksaaan.
Berbagai prosedur dan teknik yang
digunakan dalam pemeriksaan mikrobiologis terhadap spesiemen makanan disajikan
secara skematis sebagai berikut.
Namun, menurut Badan Pengawasan Obat
dan Makanan Republik Indonesia dalam jurnalnya ISSN 1829-9334 dalam jurnal
menjelaskan bahwa sampel makanan yang sudah siterima segera dilakukan
pemeriksaan. Sampel makanan yang sudah didinginkan dan mudah rusak harus
dianalisa paling lambat 36 jam sesudah pengambilan sampel. Untuk pemeriksaan
mikrobiologis pada makanan dipersyaratkan secara umum :
1. Uji Angka Lempeng
Total
2. Uji Angka Kapang
Khamir
3. Uji Angka Bakteri
termofilik
4. Uji Angka Bakteri
pembentuk spora
5. Uji Angka bakteri
an-aerob
6. Uji Angka
Staphylococcus aureus
7. Uji Angka
Clostridium perfringens
8. Uji Angka
Enterococcus
9. Uji Angka
Bacillus cereus
10. Uji Angka Enterobacteriaceae
11. Uji MPN Coliform
12. Uji MPN Fekal Coliform
13. Uji MPN Escherichia coli
15. Identifikasi Escherichia coli
16. Identifikasi Staphylococcus
aureus
17. Identifikasi Salmonella
18. IdentifikasiShigella
19. Identifikasi Bacillus cereus
20. Identifikasi Streptococcus
faecalis
21. Identifikasi Vibrio cholerae
22. Identifikasi Vibrio parahaemolyticus
23. Identifikasi Clostridium perfringens
24. Identifikasi Listeria monocytogenes
25. Identifikasi Campylobacter jejun
Serta ada 2 metode yang diterapkan
yaitu Metode Kuantitatif dan Metode Kualitatif. Metode kuantitatif sendiri
digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel, umumnya
dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Paling Mungkin atau
Most Probable Number (MPN). Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya
ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil
akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual dan dihitung, interpretasi
hasil berupa angka dalam koloni(cfu) per ml/g atau koloni/100ml.
Pada metode kualitatif dilakukan
perbanyakan ( enrichment pengkayaan) terlebih dahulu dari sel mikroba yang
umumnya dalam jumlah yang sangat sedikit dan bahkan kadang-kadang dalam kondisi
lemah. Ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu tahap pengkayaan (enrichment),
tahap isolasi pada media selektif, tahap identifikasi dengan reaksi biokimia,
dan dilanjutkan dengan analisa antigenik atau serologi atau immunologi dan bila
diperlukan dapat juga dilakukan identifikasi DNA bakteri dengan metode
PCR (Polymerase Chain Reaction)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dalam produk makanan dapat
terkontaminasi berbagai macam mikroorganisme, antara lain virus, jamur, maupun
bakteri. Adanya kontaminasi dari berbagai macam mikroorganisme disebabkan oleh mutu
bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada pengolahan pangan tersebut, serta
keefektifan metode pengawetannya. Bakteri dalam makanan dapat digolongkan
sebagai bakteri peracun dan bakteri pengkontaminasi. Diantara spesies-spesies
bakteri terdapat bakteri yang dapat mengakibatkan efek buruk jika tanpa sengaja
termakan oleh manusia. Sebagian besar spesies bakteri pengkontaminasi makanan
memiliki spora yang sulit untuk dimusnahkan, perlu dilakukan beberapa cara
untuk mengendalikan mikroorganisme pada makanan, seperti penangan aseptis,
penyingkiran mikroorganisme, suhu tinggi, suhu rendah, meningkatkan tekanan
osmotik, bahan kimia, radiasi. Untuk mengidentifikasi adanya
mikroorganisme ( khusunya bakteri )
dapat dilakukan dengan perhitungan angka kuman metode Serial Dilusi.
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
Dwidjose, Putro. 1984. Dasar-dasar
Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Pelczar, M.J. 1984. Dasar-dasar
Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press)
Volk
and Wheeler. 1990. Mikrobiologi Dasar Ed ke-5. Jakarta : Erlangga.
EmoticonEmoticon