PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Helmintologi adalah ilmu yang memelajari parasite berupa cacing.
Berdasarkan taksonomi, helmint dibagi menjadi : 1) Nemathelminthes (
cacing gilik; Nema=benang). 2) Plathithelminthes (cacing pipih) .
Yang melatarbelakangi kami menyusun makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah ”Parsitologi” serta menambah wawasan dan pengetahuan. Dan ketika
masuk ke dunia kerja ,kami menjadi seorang analis dituntut mampu memahami dan
mengaplikasikan mata kuliah ini, karena mata kuliah parasitologi termasuk mata
kuliah keahlian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kita menemukan beberapa masalah
dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apa saja
macam-macam cacing pada Nematoda usus?
2.
Apa pengertian dari masing-masing jenis
cacing pada nematoda usus?
3.
Pada apa saja hospes cacing pada nematode
usus?
4.
Bagaimana cara diagnosis cacing oada
Nematoda usus?
5.
Bagaimana cara penularan cacing pada
nematode usus?.
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui macam-macam cacing pada
Nematoda usus.
2.
Untuk mengetahui masing-masing jenis
cacing pada nematoda usus
3.
Untuk mengetahui hospes cacing pada nematode usus.
4.
Untuk mengetahui cara diagnosis cacing
oada Nematoda usus.
5.
Untuk mengetahui cara penularan cacing
pada nematoda usus.
BAB II
PEMBAHASAN
PENYAKIT CACINGAN
Manusia merupakan hospes beberapa nematode usus. Sebagian besar
nematode tersebut menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Di antara nematode usus tedapat sejumlah spesies yng di tularkan
melalui tanah disebut soil transmitted
helminthes. Cacing yang terpenting bagi manusia adalah Ascarislumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale,
Trichuris trichiura, Strongyloides steroralis dan beberapa spesies Trichosttrongylus.
Nematoda usus lainnya yang penting bagi manusia adalah Oxyuris vermicularis dan Trichinella
spiralis.
2.1 Ascaris lumbricoides
2.1.1 Hospes dan Nama Penyakit
Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides. Penyakit yang
disebabkannya disebut askariasis.
2.1.2
Daur Hidup
Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang
dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih tiga
minggu. Bentuk infektif tersebut apabila tertelan manusia, menetas di usus
halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran
limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru.
Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk
rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari
trakea larva menuju faring, sehingga menuju rangsangan pada faring. Penderiita
batuk karena rangsangan tersebut dan larva akan tertelan ke dalam esopagus lalu
menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah enjadi cacing dewasa. Sejak
telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukaln waktu kurang
lebih 2-3 bulan.
2.1.3 Cara Diagnosis
Cara menegakkan penyakit ini adalah dengan
pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan
diagnosis askariasis. Selain itu diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa
keluar sendiri baik melalui mulut atau hidung melalui muntah.
2.1.4
Cara Penularan
Cara
penularan penyakit cacing gelang adalah melalui telur matang yang tertelan.
Dalam usus halus telur akan menetes, dan keluar larva yang dapat menembus usus,
mengikuti aliran darah menuju jantung kanan lalu ke paru. Larva merangsang
laring sehingga terjadi batuk dan dapat masuk ke dalam saluran cerna melalui
kerongkongan. Larva menjadi cacing dewasa di dalam usus halus. Nggak bayangin
kan teman-teman? betapa mengerikannya cacing ini.
2.1.5 Cara Pencegahan
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegahpenyakit ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengadakan kemotrapi massal setiap 6
bulan sekali didaerah endemik ataupun daerah yang rawanterhadap penyakit
askariasis.
2.
Memberi penyuluhan tentang sanitasi
lingkungan.
3.
Melakukan usaha aktif dan preventif
untuk dapat mematahkan siklus hidup cacing misalnyamemakai jamban/WC.
4.
Makan makanan yang dimasak saja.
5.
Menghindari sayuran mentah (hijau) dan selada
di daerah yang menggunakan tinja sebagai pupuk.
2.1.6
Cara Pengobatan
Pengobatan
dapat dilakukan dengan memberikan obat, misalnya piperasin, pirantel pamoat
10mg, mebendazol 500mg atau albendazol 400mg.
2.2 Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
2.2.1
Hospes dan Nama Penyakit
Hospes
parasit ini adalah manusia ; cacing ini menyebabkan nekatoriasis dan
ankilostomiasis.
2.2.2
Daur Hidup
Cacing
dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar melekat pada mukosa
dinding usus. Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu
1-1,5 hari, keluarlah larva rabditiform. Dalam waktu kurang lebih 3 hari larva
rabditiform tumbuh menjadi larva filariform, yang dapat menembus kulit dan
dapat hidup selama 7-8 minggu di tanah.
Telur
cacing tambang yaang besarnya kurang lebih 60 x 40 mikron, berbentuk bujur dan
mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel. Larva rabditiform
panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filariform panjangnya
kurang lebih 600 mikron.
Daur
hidupnya sebagai berikut :
Infeksi
terjadi bila larva filariform menembus kulit. Infeksi A. duodenale juga dapat
terjadi dengan menelan larva filariform.
2.2.3 Diagnosis
Diagnosis
ditegakan dengan menemukan telur dalam tinja segar. Dalam tinja yang lama
mungkn ditemukan larva. Untuk membedakan spesies N. americanus dan A. duodenale
dapat dilakukan biakan.
2.2.4
Cara Penularan
Obat
yang digunakan untuk memusnahkan cacing ini adalah mebendazol 2x/hari 100 mg
dan albendazol 400 mg dosis tunggal pada waktu makan, selama 3 hari.
2.2.5 Cara Pencegahan
Langkah
pencegahan agar tidak terjadi infeksi cacing tambang:
1.
Selalu
memakai alas kaki.
2.
Mencuci
bersih makanan.
3.
Memasak
sampai matang makanan,
4.
Menggunakan
disinfektan di toilet dan kamar mandi,
5.
Selalu
mencuci tangan sebelum memegang makanan agar terhindar dari infeksi cacing
tambang.
2.2.6
Cara Pengobatan
Pirantel
pamoat 10 mg/ kg berat badan memberikan hasil cukup baik, bilamana digunakan
beberapa hari berturut-turut.
2.3 Oxyuris
vermcularis
2.3.1
Hospes dan Nama Penyakit
Manusia
adalah satu - satunya hospes dan
penyakitnya disebut enterobiasis atau oksiuriasis.
2.3.2
Daur Hidup
Di daerah perinium tersebut
cacing-cacing ini bertelur dengan cara kontraksi uterus,kemudian telur melekat
di daerah tersebut. Telur dapat menjadi larva infektif pada tempat tersebut,
terutama pada temperatur optimal 23-26 ÂșC dalam waktu 6 jam. Telur resisten
terhadap desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup
sampai 13 hari. Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya
telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah
perianal, berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan.
Infeksi cacing kremi terjadi bila
menelan telur matang, atau bila larva dari telur yang menetas di daerah
perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matang yang
tertelan,telur menetas di duodenum dan larva rabditiform berubah dua kali
sebelum menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum. Infeksi cacing kremi
dapat sembuh sendiri. Bila tidak adareinfeksi,tanpa pengobatanpun infeksi dapat
berakhir.
2.2.3
Diagnosis
Infeksi
cacing dapat di duga pada anak yang menunjukan rasa gatal disekitar anus pada
waktu malam hari. Diagnosis di buat dengan menemukan telur dan cacing sewasa.
Telur cacing dapat diambil dengan alat Anal
Swab Yng ditempelkan disekitar anus pada waktu pagi hari sebelum anak buang
air besar dan mencuci pantat (cebok) .
Anal Swab
adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya
diletakkan Scotch Adhesive Tape. Bila
Adhesive ditemoelkan di daerah
sekitar anus , telur cacing akan menemp pada perekatnya. Kemudian Adesive Tape diletakkan pada kaca benda
dan dibubuhi sedikit toluol untuk pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya
pemeriksanya dilakukan 3 hari berturut-turut .
2.2.4
Cara Penularan
Cara penularan Enterobius
vermicularis dapat melalui tiga jalan :
1. Penularan dari tangan ke mulut
penderita sendiri (auto infection) atau pada orang lain sesudah memegang benda
yang tercemar telur infektif misalnya alas tempat tidur atau pakaian dalam
penderita.
2. Melalui pernafasan dengan
menghisap udara yang tercemar telur yang infektif.
3. Penularan secara retroinfeksi
yaitu penularan yang terjadi pada penderita sendiri, oleh karena larva yang
menetas di daerah perianal mengadakan migrasikembali ke usus penderita dan
tumbuh menjadi cacing dewasa
2.2.5 Cara Pencegahan
1.
Mencuci tangan sebelum makan dan
setelah buang air besar
2.
Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
3.
Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
4.
Membersihkan jamban setiap hari
5.
Menghindari penggarukan daerah anus
karena mencemari jari-jari tangan dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya
2.2.6
Cara Pengobatan
1. pirantel pamoat 10 mg/kgBB dosis
tunggal diulang 2 minggu kemudian
2. mebendazol 100 mg dosis tunggal
diulang 2 minggu kemudian
3. albendazol 400 mg dosis tunggal
diulang 2 minggu kemudian
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Helmintologi adalah ilmu yang memelajari parasite berupa cacing.
Berdasarkan taksonomi, helmint dibagi menjadi : 1) Nemathelminthes (
cacing gilik; Nema=benang). 2) Plathithelminthes (cacing pipih) .
Jadi, macam –macam helmint yang telah disebutkan
diatas merupakan jenis cacing yang hidup di usus (Nematoda Usus) yang
menyebabkan penyakit cacingan.
3.2
Saran
Saran
yang dapat kami sampaikan dari hasil penyusunan makalah ini, diharapkan para
pembaca dapat mencegah perkembangbiakan
cacing agar tidak menyebabkan penyakit.
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah penyakit cacingan ini adalah
sebagai berikut :
1.
Mengadakan kemotrapi massal setiap 6
bulan sekali didaerah endemik ataupun daerah yang rawanterhadap penyakit
askariasis.
2.
Memberi penyuluhan tentang sanitasi
lingkungan.
3.
Melakukan usaha aktif dan preventif
untuk dapat mematahkan siklus hidup cacing misalnyamemakai jamban/WC.
4.
Makan makanan yang dimasak saja.
5.
Menghindari sayuran mentah (hijau) dan selada
di daerah yang menggunakan tinja sebagai pupuk.
DAFTAR PUSTAKA
-
Widoyono, 2008. PENYAKIT TROPIS Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta. Erlangga
-
Staf pengajar Departemen Parasitologi FKUI, 2008,PARASITOLOGI KEDOKTERAN Edisi Keempat. Jakarta.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sumber Lain :
-
http://www.berbagimanfaat.com/2011/04/oxyuris-vermicularis-cacing-kremi.html ( diakses : Kamis, 14 Maret 2013, 15:36)
-
http://medicina-islamica-lg.blogspot.com/2012/02/oxyuris-vermicularis-enterobius.html
(diakses : Kamis, 14 Maret 2013, 15:38)
-
http://anekatipskesehatan.blogspot.com/2012/06/gejala-penularan-pencegahan-dan-obat.html( diakses
: Kamis, 14 Maret 2013, 14:31)
EmoticonEmoticon