Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat sera karunia-Nya kepada
kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “Bahaya Pengemasan Bahan Pangan dan Makanan“.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita.
Ciamis,
Januari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3
2.1Pengemasan Bahan Pangan dan
Makanan............................................... 3
2.2 Jenis-jenis
dan Bahaya dari Pengemas Bahan Pangan dan Makanan..... 4
2.2.1
Plastik................................................................................................ 4
2.2.2
Kertas................................................................................................ 5
2.2.3 Styorofoam........................................................................................ 7
2.2.4
Kaleng............................................................................................... 7
BAB III PENUTUP................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 9
3.2 Saran........................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemasan makanan merupakan bagian
dari makanan atau minuman yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar
orang, kemasan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai
pelindung saja. Ada banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas yang
bersentuhan langsung dengan makanan, tetapi tidak semua bahan ini aman bagi
makanan yang dikemasnya
Pengertian umum dari kemasan adalah
suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang dikemas dan dapat
memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya kemasan yang dapat
membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya
dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran.
Dari segi promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli.
Bahan kemasan yang umum untuk pengemasan
produk hasil pertanian untuk tujuan pengangkutan atau distribusi adalah kayu,
serat goni, plastik, kertas dan gelombang karton.
Menurut Erliza dan Sutedja (1987)
bahan kemasan harus mempunyai syarat-syarat yaitu tidak toksik, harus cocok
dengan bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1)
Apa pengemasan bahan pangan dan makanan?
2)
Apa saja jenis-jenis dan bahaya dari pengemas
bahan pangan dan makanan?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1)
Untuk mengetahui pengemasan bahan pangan dan
makanan.
2)
Untuk mengetahui jenis-jenis dan bahaya dari pengemas
bahan pangan dan makanan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengemasan Bahan Pangan dan Makanan
Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan
pengamanan terhadap makanan atau bahan pangan, agar makanan atau bahan pangan
baik yang belum diolah maupun yang telah mengalami pengolahan, dapat sampai ke
tangan konsumen dengan “selamat”, secara kuantitas maupun kualitas.
Fungsi Pengemasan yaitu mengatur interaksi antara
bahan pangan dengan lingkungan sekitar, sehingga menguntungkan bagi bahan
pangan, dan menguntungkan bagi manusia yang mengkonsumsi bahan pangan.
Tujuan Pengemasan
·
Membuat umur simpan bahan pangan menjadi
panjang.Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah.Mencegah rusaknya
nutrisi/gizi bahan pangan.
·
Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan bahan
pangan
·
Memudahkan distribusi/ pengangkutan bahan
pangan.
·
Mendukung perkembangan makanan siap saji.
·
Menambah estetika dan nilai jual bahan pangan.
Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam
wadah, yaitu wadah utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan
pangan dan wadah kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan
pangan. Wadah utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi
reaksi kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan perubahan
lainnya. Selain itu, untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat
tertentu bergantung pada jenis makanannya, misalnya melindungi makanan dari
kontaminasi, melindungi kandungan air dan lemaknya, mencegah masuknya bau dan
gas, melindungi makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan atau
benturan dan transparan (Winarno, 1983).
Melindungi bahan pangan dari kontaminasi berarti
melindunginya terhadap mikroorganisme dan kotoran serta terhadap gigitan
serangga atau binatang pengerat lainnya. Melindungi kandungan airnya berarti
bahwa makanan di dalamnya tidak boleh menyerap air dari atmosfer dan juga tidak
boleh berkurang kadar airnya. Jadi wadahnya harus kedap air. Perlindungan
terhadap bau dan gas dimaksudkan supaya bau atau gas yang tidak diinginkan
tidak dapat masuk melalui wadah tersebut dan jangan sampai merembes keluar
melalui wadah. Wadah yang rusak karena tekanan atau benturan dapat menyebabkan
makanan di dalamnya juga rusak dalam arti berubah bentuknya (Winarno, 1983).
2.2 Jenis-jenis dan Bahaya dari Pengemas Bahan
Pangan dan Makanan
2.2.1
Plastik
Bahan pembuat
plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam perkembangannya
digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat
plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi
(Syarief, et al., 1989).
Komponen utama
plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai yang paling
pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk
rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama
dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika
teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan
tegar (Syarief, et al., 1988).
Setiap hari kita menggunakan plastik, baik untuk
mengolah, menyimpan atau mengemas makanan. Ketimbang kemasan tradisional
seperti dedaunan atau kulit hewan, plastik memang lebih praktis dan tahan lama.
Kelemahannya adalah, plastik tidak tahan panas dan dapat mencemari produk
akibat migrasi komponen monomer yang akan berakibat buruk terhadap kesehatan
konsumen. Selain itu, plastik juga bermasalah untuk lingkungan karena merupakan
bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami (non-biodegradable).
Perlu diingat bahwa sebenarnya plastik itu tidak berbau dan berwarna. Jadi
hindari penggunaan plastik yang bau dan berwarna gelap untuk membungkus makanan
secara langsung.
Plastik kresek hitam yang sering digunakan
sebagai pembungkus gorengan, gelas plastik yang dipakai untuk air mendidih,
botol kemasan air mineral yang diterpa sinar matahari setiap hari, serta
penggunaan plastik kiloan untuk membuat ketupat, adalah contoh-contoh
penggunaan kemasan plastik yang salah dan sangat berbahaya.
Akibat dari penggunaan plastik yang tidak sesuai
dengan fungsinya ini, dikhawatirkan akan terjadi perpindahan komponen kimia
dari plastik ke dalam makanan. Beberapa kemasan plastik berasal dari material
polyetilen polypropilen polyvinyl-chlorida yang jika dibakar atau dipanaskan
dapat menimbulkan dioksin, suatu zat yang sangat beracun dan merupakan penyebab
kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang. Menjaga plastik
agar tidak berubah selama digunakan sebagai pengemas merupakan cara tentram
untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut.
2.2.2
Kertas
Kemasan paling
sederhana dan tertua adalah kertas, yang terbuat dari kulit kayu yang diolah
oleh bangsa Cina abad ke-1 atau ke-2 SM. Sekalipun kertas bukan material
pembungkus terkuat, tetapi penggunaannya masih bertahan hingga saat ini.
Kertas memiliki
keunggulan yaitu mudah didaur ulang, sehingga pemakaiannya lebih ramah
lingkungan. Pembuatan kertas dengan penambahan resin yang dikenal dengan
sebutan size bersama alluminium sulphat membuat kertas tahan air. Pelapisan
kertas dengan pati akan menutup permukaan kertas dan meningkatkan kekuatannya.
Penambahan bahan kimia juga dapat membuat kertas tahan terhadap minyak dan
sebagainya.
Kertas paling
banyak digunakan untuk membungkus makanan dari makanan gorengan sampai makanan
yang memerlukan penyimpanan lama seperti teh celup dll. Pada bahan makanan
mentah kertas juga digunakan untuk membungkus sayuran, ikan kering bahkan bumbu
dapur (kalau kita belanja di pasar tradisional atau warung), dan sebagainya.
Beberapa jenis kertas yang sering digunakan adalah kertas koran, kertas nasi
yang dilapisi plastik serta kertas yang telah mengalami pemutihan.
Bahaya dibalik
kemasan makanan dengan menggunakan kertas
Kertas yang biasa dipakai untuk mengemas gorengan biasanya digunakan kertas koran. Secara tidak sadar kertas koran ini mengandung tinta yang bersifat larut. Padahal tinta tersebut banyak mengandung timbal (Pb) yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Bila timbal tersebut terakumulasi dalam tubuh maka akan menyebabkan gangguan saraf dan bahkan dapat menyebabkan kanker.
Kertas yang biasa dipakai untuk mengemas gorengan biasanya digunakan kertas koran. Secara tidak sadar kertas koran ini mengandung tinta yang bersifat larut. Padahal tinta tersebut banyak mengandung timbal (Pb) yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Bila timbal tersebut terakumulasi dalam tubuh maka akan menyebabkan gangguan saraf dan bahkan dapat menyebabkan kanker.
Di dalam tubuh
manusia , timbal masuk melalui saluran pernapasan atau pencernaan menuju sistem
peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain, seperti:
ginjal , hati, otak, saraf dan tulang.
Keracunan timbal
pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu
pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan) . Keracunan yang terjadi pun bisa bersifat kronis dan akut.
pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan) . Keracunan yang terjadi pun bisa bersifat kronis dan akut.
Kertas yang telah
diputihkan sering digunakan sebagai pembungkus teh celup. Kertas ini berbahaya
karena sudah ditambahkan bahan pemutih (chlorine). Bila terkena suhu tinggi
akan menghasilkan dioksin, suatu senyawa racun yang berbahaya bagi kesehatan
kita. Tahun 1998 WHO menetapkan ambang batas aman konsumsi dioksin, yaitu 1-4
pikogram (sepertriliun gram) dioksin per-kilogram berat badan.
Dalam jumlah
sedikit saja sudah sangat berbahaya, apalagi bila dalam jumlah besar maka
dioksin akan bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Konsentrasi lebih
tinggi lagi akan menyebabkan penyakit kulit chloracne (jerawat yang parah
disertai dengan erupsi kulit dan kista).
Selain itu dioksin juga akan menyebabkan penurunan hormon reproduksi pria hingga 50% dan menyebabkan kanker prostat dan kanker testis. Pada wanita dioksin akan menyebabkan kanker payudara dan endometriosis, yakni jaringan selaput lendir rahim yang masih berfungsi tumbuh di luar rongga rahim. Oleh karena itu untuk menghindarkan hal-hal di atas bila tidak terpaksa gunakan teh (teh tubruk) secara langsung, dan gunakan pembungkus yang aman seperti daun pisang dan aluminium foil.
Selain itu dioksin juga akan menyebabkan penurunan hormon reproduksi pria hingga 50% dan menyebabkan kanker prostat dan kanker testis. Pada wanita dioksin akan menyebabkan kanker payudara dan endometriosis, yakni jaringan selaput lendir rahim yang masih berfungsi tumbuh di luar rongga rahim. Oleh karena itu untuk menghindarkan hal-hal di atas bila tidak terpaksa gunakan teh (teh tubruk) secara langsung, dan gunakan pembungkus yang aman seperti daun pisang dan aluminium foil.
2.2.3
Styorofoam
Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah
menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi,
riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam yang
dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu
mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain
itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap
nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas,
biaya murah, lebih aman, serta ringan.
Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah
Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya.
Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit
yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi
manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.Saat ini masih banyak
restoran -restoran siap saji yang masih menggunakan styrofoam sebagai wadah
bagi makanan atau minumannya.
Sebisa mungkin harus menghindari penggunaan
styrofoam untuk makanan atau minuman panas, karena sama halnya dengan plastik,
suhu yang tinggi menyebabkan perpinda han komponen kimia secara difusi dari
styrofoam ke dalam makanan.
2.2.4
Kaleng
Pada umumnya, produk makanan yang dikemas dalam
kaleng akan kehilangan citra rasa segarnya dan mengalami penurunan nilai gizi
akibat pengolahan dengan suhu tinggi. Satu hal lagi yang juga cukup mengganggu
adalah timbulnya rasa taint kaleng atau rasa seperti besi yang timbul akibat
coating kaleng tidak sempurna.B ahaya utama pada makanan kaleng adalah
tumbuhnya bakteri Clostridium botulinum yang dapat menyebabkan keracunan
botulinin.
Tanda-tanda keracunan botulinin antara lain
tenggorokan menjadi kaku, mata berkunang-kunang dan kejang-kejang yang membawa
kematian karena sukar bernapas. Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng
yang tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng yang bocor sehingga makanan
di dalamnya terkontaminasi udara dari luar. Untungnya racun botulinin ini peka
terhadap pemanasan.
Cermat memilih kaleng kemasan merupakan suatu
upaya untuk menghindari bahaya-bahaya yang tidak diinginkan tersebut.
Boleh-boleh saja memilih kaleng yang sedikit penyok, asalkan tidak ada
kebocoran. Selain itu segera pindahkan sisa makanan kaleng ke tempat lain agar
kerusakan kaleng yang terjadi kemudian tidak akan mmepengaruhi kualitas
makanannya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kemasan makanan
merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian
besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung
dianggap sebagai “pelindung” makanan.
Menurut Erliza dan Sutedja (1987)
bahan kemasan harus mempunyai syarat-syarat yaitu tidak toksik, harus cocok
dengan bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan,
dapat mencegah kepalsuan, kemudahan membuka dan menutup, kemudahan dan keamanan
dalam mengeluarkan isi, kemudahan pembuangan kemasan bekas, ukuran, bentuk dan
berat harus sesuai, serta harus memenuhi syarat-syarat yaitu kemasan yang
ditujukan untuk daerah tropis mempunyai syarat yang berbeda dari kemasan yang
ditujukan untuk daerah subtropis atau daerah dingin. Demikian juga untuk daerah
yang kelembaban tinggi dan daerah kering.
3.2
Saran
Adapun
saran yang akan diberikan adalah :
1.
Produsen maupun konsumen harus memperhatikan bahan
pengemas yang digunakan.
2.
Kepada pemerintah dalam hal ini BPOM diharapkan
dapat melakukan pengawasan serta penyuluhan terhadap produsen maupun konsumen
mengenai bahan pengemas makanan yang dapat menimbulkan dampak negativ bagi
kesehatan.
3.
Mahasiswa mampu mengenali bahan-bahan pengemas
makanan yang berbahaya bagi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Rinasusanti, Septi dan Mia Siti Aminah. 2009. Meraup Duit dari Barang Seken. Jakarta.
Mebook
Widmer, Petra dan Heinz Frick. 2007. Hak Konsumen dan Ekolabel. Yogyakarta.
Kanisius
Anonim. 2013. Bahaya Kemasan Makanan
http://hidupsehatonline.com/bahaya-kemasan-makanan/html
(diakses Selasa 28
Desember 2013 pada pukul 20.00 WIB)
EmoticonEmoticon