Artikel Lainnya

Friday, December 12, 2014

makalah toksik bahaya kemasan makanan


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat sera karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Bahaya Pengemasan Bahan Pangan dan Makanan“.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

                                                                                          Ciamis,    Januari 2014
Penyusun
















DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3
2.1Pengemasan Bahan Pangan dan Makanan............................................... 3
2.2 Jenis-jenis dan Bahaya dari Pengemas Bahan Pangan dan Makanan..... 4
2.2.1 Plastik................................................................................................ 4
2.2.2 Kertas................................................................................................ 5
2.2.3 Styorofoam........................................................................................ 7
2.2.4 Kaleng............................................................................................... 7
BAB III PENUTUP................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 9
3.2 Saran........................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 10








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan atau minuman yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai pelindung saja. Ada banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas yang bersentuhan langsung dengan makanan, tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya
Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya kemasan yang dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Dari segi promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli.
 Bahan kemasan yang umum untuk pengemasan produk hasil pertanian untuk tujuan pengangkutan atau distribusi adalah kayu, serat goni, plastik, kertas dan gelombang karton.
Menurut Erliza dan Sutedja (1987) bahan kemasan harus mempunyai syarat-syarat yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari  makalah ini adalah sebagai berikut:
1)      Apa pengemasan bahan pangan dan makanan?
2)      Apa saja jenis-jenis dan bahaya dari pengemas bahan pangan dan makanan?


1.3  Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1)      Untuk mengetahui pengemasan bahan pangan dan makanan.
2)      Untuk mengetahui jenis-jenis dan bahaya dari pengemas bahan pangan dan makanan.




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengemasan Bahan Pangan dan Makanan
Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap makanan atau bahan pangan, agar makanan atau bahan pangan baik yang belum diolah maupun yang telah mengalami pengolahan, dapat sampai ke tangan konsumen dengan “selamat”, secara kuantitas maupun kualitas.
Fungsi Pengemasan yaitu mengatur interaksi antara bahan pangan dengan lingkungan sekitar, sehingga menguntungkan bagi bahan pangan, dan menguntungkan bagi manusia yang mengkonsumsi bahan pangan.
Tujuan Pengemasan
·         Membuat umur simpan bahan pangan menjadi panjang.Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah.Mencegah rusaknya nutrisi/gizi bahan pangan.
·         Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan bahan pangan
·         Memudahkan distribusi/ pengangkutan bahan pangan.
·         Mendukung perkembangan makanan siap saji.
·         Menambah estetika dan nilai jual bahan pangan.
Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu wadah utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan wadah kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan pangan. Wadah utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan perubahan lainnya. Selain itu, untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat tertentu bergantung pada jenis makanannya, misalnya melindungi makanan dari kontaminasi, melindungi kandungan air dan lemaknya, mencegah masuknya bau dan gas, melindungi makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan atau benturan dan transparan (Winarno, 1983).


Melindungi bahan pangan dari kontaminasi berarti melindunginya terhadap mikroorganisme dan kotoran serta terhadap gigitan serangga atau binatang pengerat lainnya. Melindungi kandungan airnya berarti bahwa makanan di dalamnya tidak boleh menyerap air dari atmosfer dan juga tidak boleh berkurang kadar airnya. Jadi wadahnya harus kedap air. Perlindungan terhadap bau dan gas dimaksudkan supaya bau atau gas yang tidak diinginkan tidak dapat masuk melalui wadah tersebut dan jangan sampai merembes keluar melalui wadah. Wadah yang rusak karena tekanan atau benturan dapat menyebabkan makanan di dalamnya juga rusak dalam arti berubah bentuknya (Winarno, 1983).
2.2  Jenis-jenis dan Bahaya dari Pengemas Bahan Pangan dan Makanan
2.2.1   Plastik
Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi (Syarief, et al., 1989).
Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, et al., 1988).
Setiap hari kita menggunakan plastik, baik untuk mengolah, menyimpan atau mengemas makanan. Ketimbang kemasan tradisional seperti dedaunan atau kulit hewan, plastik memang lebih praktis dan tahan lama. Kelemahannya adalah, plastik tidak tahan panas dan dapat mencemari produk akibat migrasi komponen monomer yang akan berakibat buruk terhadap kesehatan konsumen. Selain itu, plastik juga bermasalah untuk lingkungan karena merupakan bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami (non-biodegradable). Perlu diingat bahwa sebenarnya plastik itu tidak berbau dan berwarna. Jadi hindari penggunaan plastik yang bau dan berwarna gelap untuk membungkus makanan secara langsung.
Plastik kresek hitam yang sering digunakan sebagai pembungkus gorengan, gelas plastik yang dipakai untuk air mendidih, botol kemasan air mineral yang diterpa sinar matahari setiap hari, serta penggunaan plastik kiloan untuk membuat ketupat, adalah contoh-contoh penggunaan kemasan plastik yang salah dan sangat berbahaya.
Akibat dari penggunaan plastik yang tidak sesuai dengan fungsinya ini, dikhawatirkan akan terjadi perpindahan komponen kimia dari plastik ke dalam makanan. Beberapa kemasan plastik berasal dari material polyetilen polypropilen polyvinyl-chlorida yang jika dibakar atau dipanaskan dapat menimbulkan dioksin, suatu zat yang sangat beracun dan merupakan penyebab kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang. Menjaga plastik agar tidak berubah selama digunakan sebagai pengemas merupakan cara tentram untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut.  
2.2.2   Kertas
Kemasan paling sederhana dan tertua adalah kertas, yang terbuat dari kulit kayu yang diolah oleh bangsa Cina abad ke-1 atau ke-2 SM. Sekalipun kertas bukan material pembungkus terkuat, tetapi penggunaannya masih bertahan hingga saat ini.
Kertas memiliki keunggulan yaitu mudah didaur ulang, sehingga pemakaiannya lebih ramah lingkungan. Pembuatan kertas dengan penambahan resin yang dikenal dengan sebutan size bersama alluminium sulphat membuat kertas tahan air. Pelapisan kertas dengan pati akan menutup permukaan kertas dan meningkatkan kekuatannya. Penambahan bahan kimia juga dapat membuat kertas tahan terhadap minyak dan sebagainya.
Kertas paling banyak digunakan untuk membungkus makanan dari makanan gorengan sampai makanan yang memerlukan penyimpanan lama seperti teh celup dll. Pada bahan makanan mentah kertas juga digunakan untuk membungkus sayuran, ikan kering bahkan bumbu dapur (kalau kita belanja di pasar tradisional atau warung), dan sebagainya. Beberapa jenis kertas yang sering digunakan adalah kertas koran, kertas nasi yang dilapisi plastik serta kertas yang telah mengalami pemutihan.
Bahaya dibalik kemasan makanan dengan menggunakan kertas
Kertas yang biasa dipakai untuk mengemas gorengan biasanya digunakan kertas koran. Secara tidak sadar kertas koran ini mengandung tinta yang bersifat larut. Padahal tinta tersebut banyak mengandung timbal (Pb) yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Bila timbal tersebut terakumulasi dalam tubuh maka akan menyebabkan gangguan saraf dan bahkan dapat menyebabkan kanker.
Di dalam tubuh manusia , timbal masuk melalui saluran pernapasan atau pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain, seperti: ginjal , hati, otak, saraf dan tulang.
Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu
pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan) . Keracunan yang terjadi pun bisa bersifat kronis dan akut.
Kertas yang telah diputihkan sering digunakan sebagai pembungkus teh celup. Kertas ini berbahaya karena sudah ditambahkan bahan pemutih (chlorine). Bila terkena suhu tinggi akan menghasilkan dioksin, suatu senyawa racun yang berbahaya bagi kesehatan kita. Tahun 1998 WHO menetapkan ambang batas aman konsumsi dioksin, yaitu 1-4 pikogram (sepertriliun gram) dioksin per-kilogram berat badan.
Dalam jumlah sedikit saja sudah sangat berbahaya, apalagi bila dalam jumlah besar maka dioksin akan bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Konsentrasi lebih tinggi lagi akan menyebabkan penyakit kulit chloracne (jerawat yang parah disertai dengan erupsi kulit dan kista).
Selain itu dioksin juga akan menyebabkan penurunan hormon reproduksi pria hingga 50% dan menyebabkan kanker prostat dan kanker testis. Pada wanita dioksin akan menyebabkan kanker payudara dan endometriosis, yakni jaringan selaput lendir rahim yang masih berfungsi tumbuh di luar rongga rahim. Oleh karena itu untuk menghindarkan hal-hal di atas bila tidak terpaksa gunakan teh (teh tubruk) secara langsung, dan gunakan pembungkus yang aman seperti daun pisang dan aluminium foil.
2.2.3   Styorofoam
Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan.
Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.Saat ini masih banyak restoran -restoran siap saji yang masih menggunakan styrofoam sebagai wadah bagi makanan atau minumannya.
Sebisa mungkin harus menghindari penggunaan styrofoam untuk makanan atau minuman panas, karena sama halnya dengan plastik, suhu yang tinggi menyebabkan perpinda han komponen kimia secara difusi dari styrofoam ke dalam makanan.
2.2.4   Kaleng
Pada umumnya, produk makanan yang dikemas dalam kaleng akan kehilangan citra rasa segarnya dan mengalami penurunan nilai gizi akibat pengolahan dengan suhu tinggi. Satu hal lagi yang juga cukup mengganggu adalah timbulnya rasa taint kaleng atau rasa seperti besi yang timbul akibat coating kaleng tidak sempurna.B ahaya utama pada makanan kaleng adalah tumbuhnya bakteri Clostridium botulinum yang dapat menyebabkan keracunan botulinin.
Tanda-tanda keracunan botulinin antara lain tenggorokan menjadi kaku, mata berkunang-kunang dan kejang-kejang yang membawa kematian karena sukar bernapas. Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng yang tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng yang bocor sehingga makanan di dalamnya terkontaminasi udara dari luar. Untungnya racun botulinin ini peka terhadap pemanasan.
Cermat memilih kaleng kemasan merupakan suatu upaya untuk menghindari bahaya-bahaya yang tidak diinginkan tersebut. Boleh-boleh saja memilih kaleng yang sedikit penyok, asalkan tidak ada kebocoran. Selain itu segera pindahkan sisa makanan kaleng ke tempat lain agar kerusakan kaleng yang terjadi kemudian tidak akan mmepengaruhi kualitas makanannya.





BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
     Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai “pelindung” makanan.
Menurut Erliza dan Sutedja (1987) bahan kemasan harus mempunyai syarat-syarat yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, dapat mencegah kepalsuan, kemudahan membuka dan menutup, kemudahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi, kemudahan pembuangan kemasan bekas, ukuran, bentuk dan berat harus sesuai, serta harus memenuhi syarat-syarat yaitu kemasan yang ditujukan untuk daerah tropis mempunyai syarat yang berbeda dari kemasan yang ditujukan untuk daerah subtropis atau daerah dingin. Demikian juga untuk daerah yang kelembaban tinggi dan daerah kering.
3.2 Saran
Adapun saran yang akan diberikan adalah :
1.       Produsen maupun konsumen harus memperhatikan bahan pengemas yang digunakan.
2.       Kepada pemerintah dalam hal ini BPOM diharapkan dapat melakukan pengawasan serta penyuluhan terhadap produsen maupun konsumen mengenai bahan pengemas makanan yang dapat menimbulkan dampak negativ bagi kesehatan.
3.       Mahasiswa mampu mengenali bahan-bahan pengemas makanan yang berbahaya bagi kesehatan.





DAFTAR PUSTAKA
Rinasusanti, Septi dan Mia Siti Aminah. 2009. Meraup Duit dari Barang Seken. Jakarta. Mebook
Widmer, Petra dan Heinz Frick. 2007. Hak Konsumen dan Ekolabel. Yogyakarta. Kanisius
Anonim. 2013. Bahaya Kemasan Makanan
http://hidupsehatonline.com/bahaya-kemasan-makanan/html
(diakses Selasa 28 Desember 2013 pada pukul 20.00 WIB)


EmoticonEmoticon